Senin, 19 November 2012

CERPEN

KAIN PUTIH BERCUCUR DARAH
 
           Akhirnya liburan sekolah telah usai,besok Sinta akan kembali masuk sekolah seperti biasa,bayangan canda tawa teman-temannya sudah terlintas  dalam fikirannya.Membuat Sinta menjadi tak sabar datangnya hari esok untuk kembali sekolah.
           Sore  ini pun tak secerah seperti sore biasanya,awan gelap menyelimuti langit sore ini dan orang tua sinta merasa suasana sore ini tak seperti sore biasanya.Kedua orang tua Sinta merasa ada yang aneh dengannya,entah mengapa ada firasat buruk terhadap Sinta.Karena Sinta adalah anak yang taat dan patuh kepada kedua orang tuannya. Dia juga anak yang sangat aktif di sekolahnya dan juga sangat cerdas. Dia juga mempunyai ikatan batin yang kuat terhadap kedua orang tuanya dan begitu sebaliknya.
             Tiba-tiba Sinta yang sedang asyik menonton acara televise bersama adiknya terkaget karena kedatangan om Andri.”aduch om Andri ini ngagetin kita aja,ada perlu apa?kok tumben om kesini”kata sinta sambil menghadap kearah om Andri,”gini Sinta minggu depan kan acara 17-san, lah om mau nawarin kamu buat tampil diacara itu. Om maunya kamu tampil baca puisi,tapi kamu buat sendiri ya puisinya!ujar om Andri.Sinta langsung menjawab ”Okey om, aku kira ada apa,untuk masalah puisi itu kecill ”. Setelah menyampaikan maksudnya om Andri langsung pulang.
Sinta langsung menuju kamarnya.dia meraih buku catatan dan pulpen kesayangannya. Sinta mencoba berkonsentrasi untuk membuat puisi yang spektakuler buat tampil di acara 17-san minggu depan. Dia terlihat sangat berkonsentrasi sekali.tak terasa sudah magrib,dan tak seperti biasanya sinta mengajak ayah,ibu,dan adiknya untuk berjama’ah di musholla di komplek rumahnya padahal dia paling malas kalau disuruh jama’ah.”ayah ayo jama’ah ke musholla!mumpung sinta lagi rajin nich,,,,,kan ini hari terakhir sinta buat lihat musolla”ujar sinta sambil memakai mukenah berwarna putih bersih.ayah dan ibu sinta tersentak mendengar perkataan sinta.”hus kamu itu ngomong apa sich sayang, kalau memang kamu ingin jama’ah di musholla ya sana pergi ke musholla kok pakek bilang ni hari terakhir segala memangnya kamu mau kemana?sudah tunggu ayah dan ibu kita mau wudlu dulu”ujar ibu sinta. Akhirnya mereka pun sholat berjama’ah di musholla.
Setelah sholat sinta kembali melanjutkan membuat puisi,entah mengapa otak encernya itu tak bisa digunakan untuk berfikir padahal dia sudah berkonsentrasi.dia mencoba mencari inspirasi yang lain dengan mencoba membuka majalah atau kumpulan-kumpulan puisi di internet.hingga malam pun tiba sinta tidak juga menemukan puisi apa yang cocok untuk tampil diacara itu.sinta terus saja mencoba dan mencoba, banyak sekali kertas sobekan puisinya yang belum jadi itu yang berserakan. Sinta merasa gelisah sekali malam itu karena belum bisa menyelesaikan puisinya.tiba-tiba ayah sinta menengoknya kekamar dan berkata:”sudah malam kak cepet tidur!besok sudah mulai sekolah kan?puisinya kan bisa di lanjutin besok!lagi pula besok kamu kan perjalanan jauh.” Dengan terkejut ibu sinta langsung menjawab:”perjalanan jauh apa sich yah,wong sekolahnya gak seberapa jauh gitu.” Seketika itu pun sinta langsung memeluk ibu dan ayahnya.”iya ayah,ibu! sinta tidur tapi gak sekarang nanti, sinta belum nemuin nich puisi yang pas, ntar klau udah pasti sinta tidur kok.”stelah mendengar perkataan sinta ayah dan ibunya meninggalkan kamar sinta dan menuju kamar merka.
Tak terasa waktu menunjukkan pukul 12 malam.sinta belum juga mndapat inspirasi untuk puisinya.di tengah kesibkannya berkonsentrasi sinta terkejut mendengar suara kucing yang meraung dan suara motor yang sangat kencang berasal dari luar rumah.sinta pun langsung keluar rumah untuk melihat apa yang terjadi.setelah sinta diluar sinta melihat kucing yang mati tergeletak dijalan dengan keadaan kepala pecah setengah di bagian kiri dan darah kucing itu bercucuran deras sekali. Sinta lngsung mengambil kucing itu. Dia merasa kasihan melihat kucing itu. Kemudian dia langsung memandikan kucing itu dan membungkusnya dengan selembar kain putih. Tetapi sinta heran melihat bangkai kucing itu,mengapa darahnya tak berhenti juga dan terus mengucur di kain itu. Kain yang semula berwarna putih pun sekarang berubah menjadi merah. tanpa ambil pusing sinta memanggil kakanya untuk menemaninya dan mereka langsung membawa kucing itu kebelakang rumahnya,kemudian mengubur kucing itu. Setelah itu mereka langsung kembali ke kamar mereka masing-masing.
Dikamarnya sinta teringat dengan kucing itu.kemudian sinta terinspirasi puisinya lewat kucing yang bercucur darah itu. Sinta langsung menulis puisinya yang ia beri judul “KAIN PUTIH BERCUCURAN DARAH”. Akhirnya sinta menyelesaikan juga puisinya itu dan ia pun langsung tidur karena besok harus sekolah.
Keesokan harinya sinta sedikit kesiangan bangun.dia langsung mandi dan bersiap-siap.”bu sinta bawain bekal aja soalnya sinta terburu-buru.”ujarnya kepada ibunya. Ibunya langsung menyiapkan bekal untuk sinta dan memasukkannya di dalam tas sinta.Dia berpamitan kepada ibu dan ayahnya. Dia mencium tangan kedua orang tuanya dan mengucap salam. Kemudian langsung berangkat sekolah. Dia berangkat dengan sangat tergesa-gesa dan terburu-buru sampai-sampai dia lupa memakai helm dah hanya menggantungkan helmnya di tangannya. Ketika mengendarai motornya sinta sangat merasa ada yang aneh entah apa itu. Tapi sinta tak menghiraukanny. Karena waktu sudah menunjukkan pukul 06.45 sinta menambah kecepatan motornya, sinta melaju dengan kecepatan tinggi sekali.
Tiba-tiba dari arah berlawanan ada motor yang dikendarai dua orang pria dengan kecepatan sangat tingg juga. Sinta  lepas kendali,dia tak bisa menghentikan motor nya karena kecepatannya yang sangat tinggi. Sinta sangat bingung dia berkata dalam hatinya ”LAILAHAILLAH”.dan terjadilah kecelakaan yang lur biasa. Motor itu menabrak sinta dan dia terlempar sekitar 5 meter dari motorny. Karena sinta tidak memakai helm, Kepala sinta pecah setengah dibagian kiri. Sama seperti kucing yang ditolongnya kemarin malam. Orang-orang di sekitar lansung menolong mereka. Mereka menghubungi keluarga sinta lewat hp yang ada di tas sinta,merka juga menghubungi ambulance untuk menolong korban kecelakaan.tak lama kemudian polsi dating dan langsung mengurus kecelakaan ini ternyata korban yang ditemmukan hanya sinta sedangkan dua pria yang menabrak sinta belum diketemukan keberadaannya. ambulance pun tiba dan langsung membawa sinta kerumah sakit. Di perjalanan sinta masih masih bisa bernafas wlau darah terus mengucur di kepalanya, mengotori kerudung putihnya. Setelah sampai dirumah sakit,sinta langsung dilarikan ke ruang UGD. Selang waktu beberapa jam orang tua sinta tiba di rumah sakit. Merka cemas sekali dengan keadaan sinta.
Akhirnya dokter keluar dari ruang UGD.” Maaf pak bu kita sudah berusaha sekuat tenaga dan ALLAH sudah berkehendak lain,sinta sudah tidak bisa di selamatkan.”ujar dokter  kepada orang tua sinta.
“INNALILLAHI WAINNA ILAIHI RAJI’UN, gak mungkin, gak mungkin sinta ninggalin ibu yah, SINTA,,,,,,,,,,,!!!!!!!!!” teriak ibu sinta sambil memeluk ayah.”sabar bu ALLAH sudah mentakdirkan ini semua manusia hanya bisa berencana dan mematuhi takdir-NYA” kata ayah menenangkan ibu.
                 Kemudian jenazah sinta di bawa ke rumah dan dimandikan.lalu jenazah di kafani akan tetapi darahnya tak mau berhenti padahal kepalanya sudah di bungkus dengan plastik dari dokter dan beberapa kain kafan yang berwarna putih.jadi sinta dikubur dengan keadaan penuh darah.
Setelah tiga hari kematian sinta,ibu sinta lebih sering melamun. Beliau melihat-lihat kamar sinta. Beliau melihat buku catatan di meja sinta dan membacanya.ternyata yang dibaca ibu sinta adalah puisi karangan sinta. Beliau ingat bahwa sinta disuruh membuat puisi dan membacanya di acara 17-san. Seketika itu ibu sinta membawa puisi itu dan  memberikannya kepada om andri.”ini puisi buatan sinta yang kamu janji akan di tampilkan di acara 17-san.” Ujar ibu sinta terhadap om andri.” Tapi sinta kan sudah meninggal siapa yang membacanya?”balas om andri.” Aku gak perduli siapa yang membaca yang penting puisi ini harus terbaca untuk acara 17-san.” Bentak ibu sinta.”okey ya sudah aku akan turuti apa kemauan ibu.”
………..
Acara 17-san pun tiba dan sekarang lah waktu pembacaan puisi sinta.semua penonton mendngarkan puisi sinta dengan seksama.dan brikut puisi nya.
KAIN PUTIH BERCUCUR DARAH
Suara dentuman terdengar jelas ditelinga
Pertanda datangnya orang asing di negrarra kesatuan kita
Kobaran semangat yang membara dan rela mencucurkan darahnya
Itulah para pejuang Indonesia
Yang rela mengotori baju putihnya dengan merahnya darah
Demi INDONESIA
AKU ingin seperti mereka yang rela mencucurkan darahnya
Sebagai anak bangsa yang berbakti
Tapi,,,,,,,,,,,,,,,,,,
              Malam sunyi telah menghampiri,Seperti tak ada yang menemani
Dalam ketakutanku menghadapi takdir ini
Kuserahkan semua pada ILAHI,yang menciptakan diri ini
Yang mentakdirkanku untuk menyusul para pejuang yang tak henti
Kurasakan kegelisahan
Saat kain putih membalut tubuh ku,Saat darahku terus mengucur
Kumerasa kedinginan saat ku sendirian
Malaikat maut telah menjemputku,Takdir telah menghampiriku
Dan sekarang keberadaanku tinggal kenangan bagi para orang di sekitar ku
Dan tinggal SELEMBAR KAIN PUTIH BERCUCUR DARAH  yang terkenang
UNTUKKU
Surabaya, 7September 2011
Semua penonton meneteskan air mata dengan puisi sinta itu dan juga mereka merasa terharu.seakan begitu malang nasib gadis itu.

Nganjuk,14 januari 2012