Kebahagiaan dicelah kesulitan
Minggu, 09 Desember 2012
Senin, 19 November 2012
CERPEN
KAIN PUTIH BERCUCUR
DARAH
Akhirnya liburan sekolah telah
usai,besok Sinta akan kembali masuk sekolah seperti biasa,bayangan canda tawa
teman-temannya sudah terlintas dalam
fikirannya.Membuat Sinta menjadi tak sabar datangnya hari esok untuk kembali
sekolah.
Sore ini pun tak secerah seperti sore biasanya,awan
gelap menyelimuti langit sore ini dan orang tua sinta merasa suasana sore ini
tak seperti sore biasanya.Kedua orang tua Sinta merasa ada yang aneh dengannya,entah
mengapa ada firasat buruk terhadap Sinta.Karena Sinta adalah anak yang taat dan
patuh kepada kedua orang tuannya. Dia juga anak yang sangat aktif di sekolahnya
dan juga sangat cerdas. Dia juga mempunyai ikatan batin yang kuat terhadap
kedua orang tuanya dan begitu sebaliknya.
Tiba-tiba Sinta yang sedang asyik menonton
acara televise bersama adiknya terkaget karena kedatangan om Andri.”aduch om Andri
ini ngagetin kita aja,ada perlu apa?kok tumben om kesini”kata sinta sambil
menghadap kearah om Andri,”gini Sinta minggu depan kan acara 17-san, lah om mau
nawarin kamu buat tampil diacara itu. Om maunya kamu tampil baca puisi,tapi
kamu buat sendiri ya puisinya!ujar om Andri.Sinta langsung menjawab ”Okey om,
aku kira ada apa,untuk masalah puisi itu kecill ”. Setelah menyampaikan
maksudnya om Andri langsung pulang.
Sinta langsung
menuju kamarnya.dia meraih buku catatan dan pulpen kesayangannya. Sinta mencoba
berkonsentrasi untuk membuat puisi yang spektakuler buat tampil di acara 17-san
minggu depan. Dia terlihat sangat berkonsentrasi sekali.tak terasa sudah
magrib,dan tak seperti biasanya sinta mengajak ayah,ibu,dan adiknya untuk
berjama’ah di musholla di komplek rumahnya padahal dia paling malas kalau
disuruh jama’ah.”ayah ayo jama’ah ke musholla!mumpung sinta lagi rajin nich,,,,,kan
ini hari terakhir sinta buat lihat musolla”ujar sinta sambil memakai mukenah
berwarna putih bersih.ayah dan ibu sinta tersentak mendengar perkataan
sinta.”hus kamu itu ngomong apa sich sayang, kalau memang kamu ingin jama’ah di
musholla ya sana pergi ke musholla kok pakek bilang ni hari terakhir segala
memangnya kamu mau kemana?sudah tunggu ayah dan ibu kita mau wudlu dulu”ujar
ibu sinta. Akhirnya mereka pun sholat berjama’ah di musholla.
Setelah sholat sinta
kembali melanjutkan membuat puisi,entah mengapa otak encernya itu tak bisa
digunakan untuk berfikir padahal dia sudah berkonsentrasi.dia mencoba mencari
inspirasi yang lain dengan mencoba membuka majalah atau kumpulan-kumpulan puisi
di internet.hingga malam pun tiba sinta tidak juga menemukan puisi apa yang
cocok untuk tampil diacara itu.sinta terus saja mencoba dan mencoba, banyak
sekali kertas sobekan puisinya yang belum jadi itu yang berserakan. Sinta
merasa gelisah sekali malam itu karena belum bisa menyelesaikan puisinya.tiba-tiba
ayah sinta menengoknya kekamar dan berkata:”sudah malam kak cepet tidur!besok
sudah mulai sekolah kan?puisinya kan bisa di lanjutin besok!lagi pula besok
kamu kan perjalanan jauh.” Dengan terkejut ibu sinta langsung
menjawab:”perjalanan jauh apa sich yah,wong sekolahnya gak seberapa jauh gitu.”
Seketika itu pun sinta langsung memeluk ibu dan ayahnya.”iya ayah,ibu! sinta
tidur tapi gak sekarang nanti, sinta belum nemuin nich puisi yang pas, ntar
klau udah pasti sinta tidur kok.”stelah mendengar perkataan sinta ayah dan
ibunya meninggalkan kamar sinta dan menuju kamar merka.
Tak terasa waktu
menunjukkan pukul 12 malam.sinta belum juga mndapat inspirasi untuk puisinya.di
tengah kesibkannya berkonsentrasi sinta terkejut mendengar suara kucing yang
meraung dan suara motor yang sangat kencang berasal dari luar rumah.sinta pun
langsung keluar rumah untuk melihat apa yang terjadi.setelah sinta diluar sinta
melihat kucing yang mati tergeletak dijalan dengan keadaan kepala pecah
setengah di bagian kiri dan darah kucing itu bercucuran deras sekali. Sinta
lngsung mengambil kucing itu. Dia merasa kasihan melihat kucing itu. Kemudian
dia langsung memandikan kucing itu dan membungkusnya dengan selembar kain
putih. Tetapi sinta heran melihat bangkai kucing itu,mengapa darahnya tak
berhenti juga dan terus mengucur di kain itu. Kain yang semula berwarna putih
pun sekarang berubah menjadi merah. tanpa ambil pusing sinta memanggil kakanya
untuk menemaninya dan mereka langsung membawa kucing itu kebelakang rumahnya,kemudian
mengubur kucing itu. Setelah itu mereka langsung kembali ke kamar mereka
masing-masing.
Dikamarnya sinta
teringat dengan kucing itu.kemudian sinta terinspirasi puisinya lewat kucing
yang bercucur darah itu. Sinta langsung menulis puisinya yang ia beri judul
“KAIN PUTIH BERCUCURAN DARAH”. Akhirnya sinta menyelesaikan juga puisinya itu
dan ia pun langsung tidur karena besok harus sekolah.
Keesokan harinya
sinta sedikit kesiangan bangun.dia langsung mandi dan bersiap-siap.”bu sinta
bawain bekal aja soalnya sinta terburu-buru.”ujarnya kepada ibunya. Ibunya
langsung menyiapkan bekal untuk sinta dan memasukkannya di dalam tas sinta.Dia
berpamitan kepada ibu dan ayahnya. Dia mencium tangan kedua orang tuanya dan
mengucap salam. Kemudian langsung berangkat sekolah. Dia berangkat dengan
sangat tergesa-gesa dan terburu-buru sampai-sampai dia lupa memakai helm dah
hanya menggantungkan helmnya di tangannya. Ketika mengendarai motornya sinta
sangat merasa ada yang aneh entah apa itu. Tapi sinta tak menghiraukanny.
Karena waktu sudah menunjukkan pukul 06.45 sinta menambah kecepatan motornya,
sinta melaju dengan kecepatan tinggi sekali.
Tiba-tiba dari arah
berlawanan ada motor yang dikendarai dua orang pria dengan kecepatan sangat
tingg juga. Sinta lepas kendali,dia tak
bisa menghentikan motor nya karena kecepatannya yang sangat tinggi. Sinta
sangat bingung dia berkata dalam hatinya ”LAILAHAILLAH”.dan terjadilah
kecelakaan yang lur biasa. Motor itu menabrak sinta dan dia terlempar sekitar 5
meter dari motorny. Karena sinta tidak memakai helm, Kepala sinta pecah
setengah dibagian kiri. Sama seperti kucing yang ditolongnya kemarin malam.
Orang-orang di sekitar lansung menolong mereka. Mereka menghubungi keluarga
sinta lewat hp yang ada di tas sinta,merka juga menghubungi ambulance untuk
menolong korban kecelakaan.tak lama kemudian polsi dating dan langsung mengurus
kecelakaan ini ternyata korban yang ditemmukan hanya sinta sedangkan dua pria
yang menabrak sinta belum diketemukan keberadaannya. ambulance pun tiba dan langsung
membawa sinta kerumah sakit. Di perjalanan sinta masih masih bisa bernafas wlau
darah terus mengucur di kepalanya, mengotori kerudung putihnya. Setelah sampai
dirumah sakit,sinta langsung dilarikan ke ruang UGD. Selang waktu beberapa jam
orang tua sinta tiba di rumah sakit. Merka cemas sekali dengan keadaan sinta.
Akhirnya dokter
keluar dari ruang UGD.” Maaf pak bu kita sudah berusaha sekuat tenaga dan ALLAH
sudah berkehendak lain,sinta sudah tidak bisa di selamatkan.”ujar dokter kepada orang tua sinta.
“INNALILLAHI WAINNA ILAIHI
RAJI’UN, gak mungkin, gak mungkin sinta ninggalin ibu yah,
SINTA,,,,,,,,,,,!!!!!!!!!” teriak ibu sinta sambil memeluk ayah.”sabar bu ALLAH
sudah mentakdirkan ini semua manusia hanya bisa berencana dan mematuhi
takdir-NYA” kata ayah menenangkan ibu.
Kemudian jenazah sinta di bawa
ke rumah dan dimandikan.lalu jenazah di kafani akan tetapi darahnya tak mau
berhenti padahal kepalanya sudah di bungkus dengan plastik dari dokter dan
beberapa kain kafan yang berwarna putih.jadi sinta dikubur dengan keadaan penuh
darah.
Setelah tiga hari
kematian sinta,ibu sinta lebih sering melamun. Beliau melihat-lihat kamar
sinta. Beliau melihat buku catatan di meja sinta dan membacanya.ternyata yang
dibaca ibu sinta adalah puisi karangan sinta. Beliau ingat bahwa sinta disuruh
membuat puisi dan membacanya di acara 17-san. Seketika itu ibu sinta membawa
puisi itu dan memberikannya kepada om
andri.”ini puisi buatan sinta yang kamu janji akan di tampilkan di acara
17-san.” Ujar ibu sinta terhadap om andri.” Tapi sinta kan sudah meninggal
siapa yang membacanya?”balas om andri.” Aku gak perduli siapa yang membaca yang
penting puisi ini harus terbaca untuk acara 17-san.” Bentak ibu sinta.”okey ya
sudah aku akan turuti apa kemauan ibu.”
………..
Acara 17-san pun
tiba dan sekarang lah waktu pembacaan puisi sinta.semua penonton mendngarkan
puisi sinta dengan seksama.dan brikut puisi nya.
KAIN PUTIH BERCUCUR DARAH
Suara dentuman terdengar jelas ditelinga
Pertanda datangnya orang asing di negrarra kesatuan kita
Kobaran semangat yang membara dan rela mencucurkan darahnya
Itulah para pejuang Indonesia
Yang rela mengotori baju putihnya dengan merahnya darah
Demi INDONESIA
AKU ingin seperti mereka yang rela mencucurkan darahnya
Sebagai anak bangsa yang berbakti
Tapi,,,,,,,,,,,,,,,,,,
Malam sunyi
telah menghampiri,Seperti tak ada yang menemani
Dalam ketakutanku menghadapi takdir ini
Kuserahkan semua pada ILAHI,yang menciptakan diri ini
Yang mentakdirkanku untuk menyusul para pejuang yang tak henti
Kurasakan kegelisahan
Saat kain putih membalut tubuh ku,Saat darahku terus mengucur
Kumerasa kedinginan saat ku sendirian
Malaikat maut telah menjemputku,Takdir telah menghampiriku
Dan sekarang keberadaanku tinggal kenangan bagi para orang di
sekitar ku
Dan tinggal SELEMBAR KAIN PUTIH BERCUCUR DARAH yang terkenang
UNTUKKU
Surabaya, 7September 2011
Semua penonton meneteskan air
mata dengan puisi sinta itu dan juga mereka merasa terharu.seakan begitu malang
nasib gadis itu.
Nganjuk,14 januari 2012
Langganan:
Postingan (Atom)